Ratusan demonstran memprotes di beberapa kota di Chad untuk mengecam dukungan Paris terhadap Mahama Idriss Déby Itno dan junta yang berkuasa di N’Djamena.
“Cha, gratis! Prancis, keluar! Beberapa ratus demonstran memprotes kehadiran Prancis di Chad dan dukungan Paris untuk Presiden Mahamat Idriss Déby Itno, yang telah berkuasa sejak kematian ayahnya, diktator Idriss Déby Itno, pada Februari 2021. Ia didukung oleh seorang junta militer yang telah mengambil alih kekuasaan dengan paksa, jika tidak dengan dukungan dari Perancis dan masyarakat internasional.
Junta yang berkuasa
Oleh karena itu kemarahan rakyat Chad yang ingin mendirikan pemerintahan yang demokratis. Diselenggarakan oleh partai oposisi Wakit Tamma, demonstrasi yang awalnya sangat damai menjadi lebih tegang. Di N’Djamena, ibu kota, serta di Abeche, kota terbesar ketiga di negara itu, para demonstran menyerang simbol-simbol Prancis. Dua bendera tiga warna dibakar dan kemudian Total station digeledah.
Pemerintah junta militer seharusnya bersifat sementara dan menyelenggarakan pemilihan umum. Namun sepertinya Mahamat Idriss Déby tidak mau begitu saja meninggalkan tempatnya.
Bersambung…
Ta liberté naîtra de ton keberanian
TCAD JAM,
Prancis Barra,
Vive le Tchad uni et fort pic.twitter.com/KSkFgPN5Q3— Goukouni (@AhmatChelemi) 14 Mei 2022
Manifestation contre la présence de la France au #Tchad, accusée de soutenir la junte militaire au pouvoir. Des intérêts français ont été pris pour cible N’Djamena et Abéché. Stasiun plusieurs Total ont été sacagées par les manifestants pic.twitter.com/AnMfkLiSdg
— Anonyme Citoyen (@AnonymeCitoyen) 14 Mei 2022